epistimologis dalam filsafat pendidikan
A. PENGERTIAN EPISTEMOLOGI
Epistemology berasal dari kata yunani episteme dan logos. Episteme : pengetahuan atau kebenaran, dan logos :
pikiran, kata atau teori. Epistemology secara etimologi (sebab-sebab)
berarti teori pengetahuan yang benar dan lazimnya hanya disebut teori
pengetahuan atau theory of knowledge.
Filsafat pengetahuan adalah cabang filsafat yang mempersoalkan
masalah hakikat pengetahuan. Maksud dari filsafat pengetahuan adalah
ilmu pengetahuan kefilsafatan yang secara khusus hendak memperoleh
pengetahuan tentang hakikat pengetahuan.
Epistemologi adalah bagian dari filsafat yang membicarakan tentang
terjadinya pengetahuan, asal mula pengetahuan, batas-batas, sifat,
metode dan keshahihan pengetahuan. Jadi objek material epistemology
adalah pengetahuan dan objek formalnya adalah hakikat pengetahuan itu.
Jadi sistematika penulisan epistemologi adalah arti pengetahuan,
terjadinya pengetahuan, jenis-jenis pengetahuan dan asal-usul
pengetahuan.
B. ARTI PENGETAHUAN
Pengetahuan adalah suatu istilah yg digunakan untuk menuturkan
apabila seseorang mengenal tentang sesuatu. Sesuatu yang menjadi
pengetahuanya adalah yang terdiri dari unsur yang mengetahui dan yang
diketahui serta kesadaran mengenai hal yang ingin diketahuinya. Maka
pengetahuan selalu menuntut adanya subyek yang mempunyai kesadaran untuk
ingin mengetahui tentang sesuatu dan objek sebagai hal yang ingin
diketahuinya. Jadi pengetahuan adalah hasil usaha manusia untuk memahami
suatu objek tertentu.
Semua pengetahuan hanya dikenal dan ada dalam pikiran manusia, tanpa
pikiran pengetahuan tidak bisa eksis. Jadi keterkaitan antara
pengetahuan dengan pikiran merupakan sesuatu yang kodrati. Menurut Bahm
(Rizal Mustansyir dkk, 2001).
- Mengamati (observes)
Pikiran berperan dalam mengamati obyek-obyek.
- Menyelidiki (inquires)
Dalam penyelidikan minatlah yang membimbing seseorang secara alamiah untuk terlibat kedalam pemahaman pada obyek-obyek
- Percaya (believes)
Sikap menerima sesuatu yang menampak sebagai pengertian yang memadai setelah keraguan, dinamakan keperyaan.
- Hasrat (desires)
Hasrat muncul dari kebutuhan jasmani (nahfsu makan, minum, istirahat, tidur) hasrat diri (keinginan pada obyek, kesenangan).
- Maksud (intends)
Kendatipun memiliki maksud ketika akan mengopservasi, menyelidiki, mempercayai, dan berhasrat.
- Mengatur (organizes)
Setiap pikiran adalah suatu organism yang teratur dalam diri seseorang.
- Menyesuaikan (adaps)
Menyesuaikan pikiran sekaligus melakukan pembatasan-pembatasan yang dibebankan pada pikiran melalui kondisi keberadaan.
- menikmati (enjoys)
pikiran-pikiran mendatangkan keasyikan.
C. TERJADINYA PENGETAHUAN
Masalah terjadinya pengetahuan adl masalah yang amat penting
Alat untuk mengetahui pengetahuan ada 6 yaitu :
- Pengalaman indra (sense experience)
Pengalaman indra merupakan sumber pengetahuan yang berupa alat-alat
untuk menangkap obyek dari luar diri manusia melalui kekuatan indra.
- Nalar (reason)
Salah satu corak berfikir dengan menggabungkan dua pemikiran atau lebih dengan maksud untuk mendapat pengetahuan baru.
- Otoritas (authority)
Kekuasaan yang syah yang dimiliki oleh seseorang dan diakui oleh kelompoknya.
- Intuisi (intuition)
Kemampuan yang ada pada diri manusia yang berupa proses kejiwaan
dengan tanpa suatu rangsangan untuk membuat peryataan yang berupa
pengetahuan.
- Wahyu (revelation)
Wahyu merupakan salah satu sumber pengetahuan karena kita mengenal sesuatu dengan melalui kepercayaan kita.
- Keyakinan (faith)
Kemampuan yang ada pada diri manusia yang diperoleh melalui kepercayaan.
D. JENIS-JENIS PENGETAHUAN
Menurut Soejono Soemargono (1983), ada 2 jenis pengetahuan, antara lain :
- pengetahuan non-ilmiah
Segenap hasil pemahaman manusia atas atau mengenai obyek tertentu yang terdapat pada kehidupan sehari-hari
- pengetahuan ilmiah
Senenap hasil pemahaman manusia yang diperoleh dengan mengunakan metode ilmiah.
Menurut Plato dan Aristoteles. Plato membagi pengetahuan menurut
tingkatan-tingkatan pengetahuan berdasarkan karakteristik objeknya,
yaitu :
- Pengetahuan khayaan (eikasia)
Pengetahuan yang obyeknya berupa bayangan atau gambaran.
- Pengetahuan pistis (pistis)
Pengetahuan mengenai hal-hal yang tampak dalam dunia kenyataan atau hal-hal yang dapat diindrai secara langsung.
- Pengetahuan matematik (dianoya)
Tingkatan yang ada di dalamnya sesuatu yang tidak hanya terletak pada
fakta atau obyek yang tampak, tetapi juga terletak pada bagaimna cara
berfikirnya.
- Pengetahuan filsafat (noesis)
Berfikir tanpa mengunakan pertolongan gambar, diagram melainkan dengan pikiran yang sungguh-sungguh abstrak.
E. ASAL-USUL PENGETAHUAN
Asal-usul pengetahuan termasuk hal yang sangat penting dalam
epistemology. Untuk mendapatkan bagaimana pengetahuan itu muncul
(berasal) bisa dilihat dari aliran-aliran dalam pengetahuan dan bisa
dengan cara metode ilmiah, serta dari sarana diberfikir ilmiah.
- Aliran-aliran dalam pengetahuan
Dari mana pengetahuan itu berasal dan apa yg diyakini sebagai
kebeneran bisa dilihat dari aliran dalam pengetahuan. Dari aliran ini
tampak jelas bagaimana pengatahuan itu berasal. Aliran itu yakni :
- Rasionalisme
Sumber pengetahuan yang mencukupi dan dapat dipercaya adalah rasio (akal).
- Empirisme
Pengalaman merupakan sumber pengetahuan, baik pengalaman batiniah maupun yang lahiriah.
- Kritisme
Paham yang mengutamakan kegiatan non-taklid buta terhadap segala hal.
- Positivisme
Segala ilmu pengetahuan adalah mengetahui untuk dapat melihat ke masa depan.
- Metode ilmiah
- Metode ilmiah yg bersifat umum dibagi dua, yaitu metode analitiko-sintesis dan metode non-deduksi. Metode analitiko-sintesis merupakan gabungan dari metode analisis dan metode sintesis. Metodenon-deduksi merupakan gabungan dari metode deduksi dan induksi.
- Metode penyelidikan ilmiah
Metode ini terbagi menjadi dua, yaitu metode penyelidikan yang
berbentuk daur atau metode siklus empiris dan metode vertical atau yang
berbentuk garis lempeng atau metode linier.
- Sarana berfikir ilmiah
- Bahasa ilmiah
a) Penggolongan bahasa
Dalam penelaahan bahasa pada umumnya dibedakan antara bahasa alami dan bahasa buatan.
1) Bahasa alami
Bahasa alami ialah bahasa sehari-hari yang biasa digunakan untuk
menyatakan sesuatu, yang tumbuh atas dasar pengaruh alam
sekelilingnya.Bahasa alami dibedakan atas dua macam, yakni bahasa
isyarat dan bahasa biasa.
2) Bahasa buatan
Bahasa buatan ialah bahasa yang disusun sedemikian rupa berdasarkan pertimbangan akal pikiran untuk maksud tertentu.
b) Fungsi bahasa
Aliran filsafat bahasa dan psikolinguistik melihat fungsi bahasa
sebagai sarana untuk menyampaikan pikiran, perasaan, dan emosi,
sedangkan aliran sosiolinguistik berpendapat bahwa fungsi bahasa adalah
sarana untuk perubahan masyarakat.
Secara umum bahasa memiliki tiga fungsi pokok, yaitu fungsi ekspresif
atau emotif, fungsi afektif atau praktis, dan fungsi sibolik dan logik.
- Logika dan Matematika.
Logika dan matematika merupakan dua pengetahuan yang selalu
berhubungan erat, yang keduanya sebagai sarana berfikir deduktif.
Bahasa yang digunakan adalah bahasa artificial, yakni murni bahasa
buatan. Matematika dan logika sebagai sarana berfikir deduktif mempunyai
fungsi sendiri-sendiri. Logika lebih sederhana penalaraanya, sedangkan
matematika sudah jauh lebih terperinci.
- Logika dan statistika
Secara etimologi kata statistic berasal dari kata status (bahasa
latin) yang mempunyai persamaan arti dengan kata state (bahasa
inggris), yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dengan Negara.
Ditinjau dari segi terminology, statistic mengandung berbagai macam pengertian (Amsal Bakhtiar, 2004) yaitu sebagai berikut:
a) Istilah statistic kadang diberi pengertian sebagai data ststistik.
b) Sebagai kegiatan statistic atau kegiatan persstatistikan.
c) Dapat juga diartikan sebagai metode statistic.
d) Istilah statistic dewasa ini dapat diberi pengertian sebagai
ilmu pengetahuan yang mempelajari dan memperkembanngkan secara ilmiah
tahap-tahap yang ada dalam kegiatan statistic.
Logika dan statistic mempunyai peranan penting dalam berfikir
induktif untuk mencari konsep yang berlaku umum. Penalaran induktif
dalam bidang ilmiah yang bertitik tolak pada sejumlah hal khusus untuk
sampai pada suatu rumusan umum sebagai hukum ilmiah, maka secara
berurutan sebagai proses penalaran dapatlah disusun sebagai berikut:
observasi dan eksperimen, hipotesis ilmiah, vertifikasi dan
pengukuhan,teori dan hukum ilmiah.
Jadi, peran statistic dalam kegiatan penelitian ilmiah(dalam Hartono Kasmadi,dkk)dapat dikemukakan sebagai berikut:
1) Memungkinkan pencatatan data penelitian dengan eksak.
2) Memandu peneliti untuk menganut tata pikir dan tata kerja yang definitif dan eksak.
3) Menyajikan cara-cara meringkas data ke dalam bentuk yang bermakna lebih banyak dan lebih mudah mengerjakannya.
4) Memberikan dasar – dasar untuk menarik kesimpulan melalui proses yang mengikuti tata cara yang diterima oleh ilmu.
5) Memberikan landasan untuk meramalkan secara ilmiah tentang
bagaimana suatu gejala akan terjadi dalam kondisi yang telah diketahui.
6) Memungkinkan peneliti menganalisis, menguraikan sebab akibat
yang kompleks dan rumit, andai kata tanpa statistic hal itu merupakan
peristiwa yang mmbingungkan dan bakal tidak dapat diuraikan.
F. Pembagian Epistemologi Ilmu Pendidikan.
Pada Umumnya Epistemologi Ilmu Pendidikan terdiri atas 2 pembahasan
yaitu : Objek Formal Ilmu Pendidikan dan Objek Material Ilmu Pendidikan.
Pembahasan selanjutnya akan membahas tentang kedua hal tersebut, antara lain :
- Objek Formal Ilmu Pendidikan
Objek Formal Ilmu Pendidikan membahas tentang pendidikan, yang dapat
diartikan secara maha luas, sempit, dan luas terbatas. Berikut akan
disampaikan perbandingan ketiganya.
Tertuim Komparasionis
|
Maha Luas
|
Sempit
|
Luas Terbatas
|
Definisi | Pendidikan adalah hidup. Pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan hidup dan sepanjang hidup. Pendidikan adalah segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan seseorang. | Pendidikan adalah persekolahan. Pendidikan adalah pengajaran yang diselenggarakan oleh sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. | Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau pelatihan yang berlangsung di sekolah maupun di luar sekolah untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peranan secara tepat dalam berbagai lingkungan hidup. |
Tujuan | Tujuan pendidikan terkandung dalam setiap pengalaman belajar, tidak ditentukan dari luar. Tujuan pendidikan adalah pertumbuhan. Tujuan pendidikan tidaklah terbatas. Tujuan pendidikan sama dengan tujuan hidup. | Tujuan pendidikan ditentukan oleh pihak luar. Tujuan pendidikan terbatas pada pengembangan kemampuan – kemampuan tertentu. Tujuan pendidikan adalah mempersiapkan peserta didik untuk dapat hidup di masyarakat. | Tujuan pendidikan merupakan perpaduan antara perkembangan pribadi secara optimal dan tujuan sosial dapat memainkan peranan sosial secara tepat. |
Tempat Pendidikan | Pendidikan berlangsung dalam segala bentuk lingkungan hidup, baik khusus diciptakan untuk kepentingan pendidikan maupun lingkungan yang ada dengan sendirinya. | Pendidikan berlangsung dalam lembaga formal berupa sekolah dengan segala bentuknya. | Pendidikan berlangsung dalam sebagian lingkungan hidup. Pendidikan tidak berlangsung dalam lingkungan hidup yang terselenggara dengan sendirinya. Pendidikan berlangsung di luar sekolah dan satuan pendidikan di luar lainnya. |
Bentuk Kegiatan Pendidikan | Pendidikan terentang dari kegiatan yang mistis atau tidak sengaja sampai dengan kegiatan pendidikan yang terprogam. Pendidikan berbentuk segala macam pengalaman belajar dalam hidup. | Isi pendidikan tersusun secara terprogram dalam bentuk kurikulum. Kegiatan pendidikan lebih terorientasi pada guru. Guru mempunyai peranan yang sentral dan menentukan. | Kegiatan dapat berupa pendidikan secara formal dan non-formal. |
Masa Pendidikan | Pendidikan berlangsung seumur hidup setiap saat selama ada pengaruh lingkungan terhadap pertumbuhan. | Pendidikan berlangsung dalam waktu terbatas. | Berlangsung seumur hidup namun terbatas pada usaha sadar. |
Pendukung | Kaum Humanis dan Kaum Moderat. | Kaum Behavioris | Kaum Realisme Kritis. |
- Objek Material Ilmu Pendidikan.
Terdiri atas dua pembahasan yaitu tentang pendidikan sebagai sebuah sistem dan pendidikan seumur hidup.
- Pendidikan sebagai Sebuah Sistem
Pembahsan tentang pendidikan sebagai sebuah sistem sudah sepatutnya
diawali dengan kegiatan pendidikan. Kegiatan pendidikan adalah kegiatan
yang menjembatani antara kondisi-kondisi aktual dengan kondisi-kondisi
ideal. Kegiatan pendidikan berlangsung dalam satuan waktu tertentu dan
berbentuk dalam berbagai proses pendidikan, yang merupakan serangkaian
kegiatan atau langkah-langkah yang digunakan untuk mengubah kondisi awal
peserta didik sebagai masukan, menjadi kondisi-kondisi ideal sebagai
hasilnya. Berawal dari segala kegiatan pendidikan itulah akan melahirkan
sebuah sistem pendidikan yang mengatur segala proses pendidikan berada
dalam lingkup formal dan tersistematis.
- Pendidikan Seumur Hidup
Dave dalam Lifelong Education and School Curriculum (1973)
mencoba menggambarkan kerangka – kerja teoritis dan operasional
pendidikan seumur hidup dalam empat tahap, yaitu deskripsi
komponen-komponen hidup, deskripsi aspek-aspek dalam perjalanan
sepanjang hidup, deskripsi pendidikan dan deskripsi sebuah sistem
operasional pendidikan seumur hidup.
Hidup (life) mempunyai tiga komponen yang saling berhubungan satu
dengan lainnya, yaitu individu, masyarakat dan lingkungan fisik.
Perjalanan manusia seumur hidup (lifelong) mengandung perkembangan dan perubahan yang mencakup tiga komponen yaitu tahap
1. Perkembangan individu (masa balita, masa kanak-kanak, masa sekolah, masa remaja, dan masa dewasa.
2. Peranan-peranan sosial yang umum dan unik dalam kehidupan yang berbeda-beda di setiap lingkungan hidup.
3. Aspek-aspek perkembangan kepribadian (fisik, mental, sosial dan emosional).
Sebuah sistem operasional pendidikan seumur hidup mencakup komponen-komponen :
- Tujuan-tujuan pendidikan seumur hidup
- Asumsi-asumsi yang mendasari pendidikan seumur hidup
- Prinsip-prinsip pembimbing untuk pengembangan sistem pendidikan seumur hidup
- Bentuk-bentuk belajar, yang terdiri atas pendidikan umum yang berlangsung formal dan non-formal dan pendidikan profesional yang formal dan non-formal.
Perpaduan antara empat komponen tersebut membentuk sebuah
sistem-sistem belajar di rumah, sekolah, dan masyarakat. Sistem belajar
ini terbentuk dari dua komponen yaitu menajemen pendidikan dan teknologi
pendidikan yang mempunyai hubungan fungsional.
Hal –hal di atas menjadi sebuah indikasi yang nyata bahwasanya
pendidikan seumur hidup selaras dengan pertumbuhan dan perkembangan
manusia serta sesuai dengan jenjang pendidikan yang sudah berjalan alami
dan sistematis.
G. Kesimpulan
Dari berbagai hal yang sudah kami sampaikan dapat ditarik kesimpulan
bahwasanya dalam belajar Filsafat Pendidikan ada satu komponen atau
cabang penting yang patut untuk dipelajari yaitu Epistemologi
pendidikan. Pada dasarnya epistemologi lebih mendalami kajian teoritis
tentang makna dan esensi dari pengetahuan. Lalu mengapa kita harus
belajar cabang filsafat yang satu ini ? jawabannya adalah karena dengan
mengetahui hakikat, makna, dan esensi dari pengetahuan itu sendiri kita
dapat mengambil sebuah pernyataan yang sebelumnya tersirat menjadi
output proses berupa pernyataan tersurat. Kesemuanya itu bermula dari
berfikir radikal, bermula dari rasa keingintahuan yang menggebu-gebu
kemudian menyertakan logika sebagai alat yang fundamental dan pada
akhirnya menghasilkan pemikiran-pemikiran yang filosofis dan mendalam
tentang hakikat pengetahuan.
Demikian sekelumit tugas yang bisa kami persembahkan. Tentunya masih
banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun dari pembaca sangat kami harapkan.
Komentar
Posting Komentar